Senin, 22 November 2010

=Diskusi "Kemungkinan Bale kambang sebagai Galeri Publik"

Time
Tuesday, November 23 · 3:00pm - 6:00pm

LocationTaman Baei Kambang

Created By

More Info
SEDIKIT GAMBARAN (PENGANTAR)!

SENI PUBLIK (Public Art) adalah karya seni yang sengaja diciptakan dan dibuat untuk masayarakat, ditempatkan di ruang kehidupan masyarakat suatu kota atau satu wilayah.
Seni publik sangat dibutuhkan, antara lain untuk memberi identitas lokal, menunjang pariwisata, sarana pendidikan bagi generasi muda, pembudayaan moral manusia, dan sebagai indikasi dari sebuah masyarakat yang telah maju!
Tiadanya seni publik, atau minimnya seni publik di sebuah kota, niscaya membuat kota tersebut terasa “gersang”, suasana hati masyarakat tidak teduh, memicu keberangasan, hilang rasa memiliki, dan timbul keinginan untuk merusak.
Coreng-moreng, coret-moret di dinding dan tembok yang dilakukan generasi muda, sebenarnya sebuah “protes” terhadap kegersangan sebuah kota. Sebuah kota, atau wilayah huni masyarakat, ibaratnya sebuah kanvas lukis. Tatkala yang dihadirkan di kanvas itu adalah bentuk-bentuk kaku, yang monoton dan menjemukan, niscaya timbul rasa kejenuhan dan kejemuan memandangnya.
Hadirnya seni publik di sebuah kota secara memadai, tentu bisa menjadi benang merah pengikat rasa kebanggaan dan kebersamaan seluruh masyarakat. Kota yang teduh, indah dan nyaman, tentu tak ingin dirusak oleh warganya. Sebuah “pencerahan” telah terjadi karena hadirnya seni publik!
Menurut FX Harsono (2000), mengurai seni rupa publik tidak hanya sekedar mengidentifikasi fisik, tetapi juga mengkritisi konsep penciptaan yang menuntut keberadaan seni rupa yang direpresentasikan dalam ruang publik. Dua pengertian yang berbeda antara seni rupa dan publik, yaitu seni rupa, sebagai media ekspresi dari para seniman yang saat ini sering disebut sebagai perupa dan publik, yaitu suatu kelompok masyarakat. Ketika dua pengertian ini disatukan maka kita akan masuk ke dalam pemahaman terhadap aktivitas seni rupa yang dipresentasikan melalui suatu media yang menempati suatu ruang di mana masyarakat bisa langsung berhubungan dengan karya seni tersebut.
Karena karakter ruang publik sangat berbeda dengan kanvas sebagai media konvensional, tentu saja hal ini akan membawa konsekuensi tersendiri yang tidak hanya berhubungan dengan media, materi, dan ukuran. Akan tetapi lebih luas lagi, yaitu yang berkaitan dengan konsep yang mendasari penciptaan yang memakai ruang nyata di mana karya seni bisa langsung berdialog dengan masyarakat luas.
Dalam seni rupa publik, interaksi tidak hanya dilakukan secara visual yang menganut pandangan ‘seni adalah seni’ tanpa pertanggungjawaban yang pasti, namun juga mampu mendekatkan dirinya sebagai seni yang berinteraksi juga secara verbal. Dalam hal ini, masyarakat memperoleh pencerahan dalam dunia seni rupa dan secara teknis, bahkan kadang-kadang masyarakat awam dapat mengambil peran sebagai seniman juga.
Sebagai contoh projek mural “SAMA-SAMA” di Jogja. Aktivitas yang pada awalnya menganggap ruang publik hanya sebagai media ekspresi alternatif, ternyata menyadarkan mereka bahwa kehadiran masyarakat di sekitar tempat karya-karya itu diciptakan ikut menjadi bagian dari penciptaannya. Hal ini menjadikan mereka sadar bahwa kehadiran karya, ternyata mampu menciptakan ruang di mana masyarakat berkumpul. Masyarakat berkumpul bukan hanya melihat karya mereka, tetapi menjadikan ruang tersebut sebagai tempat untuk bercengkerama, sambil melihat karya, mereka mengasuh anak-anak, ndulang anak-anak dan sebagainya.
Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan yang menjadi gambaran batasan bentuk aktivitas dan karya yang akan dipresentasikan dalam galeri publik di Balai kambang nanti. Bahwa nanti, diharapkan tidak hanya sekedar memajang karya, tetapi bagaimana dalam presentasi karya, perupa, karya, dan atau proses berkaryanya mampu berinteraksi dengan publik.
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran kami untuk mengajak perupa Surakarta untuk bersatu padu membuat galeri publik di Bale Kambang Surakarta. Diharapkan dengan adanya galeri publik tersebut, di samping dapat menjadi etalase karya dan mendekatkan karya dengan masyarakatnya, sekaligus memperindah kota dan menguatkan identitas kota Surakarta sebagai Kota Budaya.
Sedangkan penekanan eksplorasi gagasannya, sebagai alternatif awal adalah EKSPLORASI WARNA , karena warna merupakan unsur penting dalamseni visual. Dengan warna, suatu karya seni akan mempunyai arti atau nilai lebih (added value) dari utilitas karya tersebut. Keindahan sebuah warna tidak akan ada artinya apabila hadir sendiri tanpa kehadiran warna-warna lain di sekitarnya. Karena warna-warna tersebut akan saling mempengaruhi (Arniti Kusmiati dan Pramudji Suptandar, 1997:1). Warna sekaligus merupakan suatu alat komunikasi efektif untuk mengungkapkan pesan, ide atau gagasan tanpa menggunakan tulisan atau bahasa. Pengertian tentang warna, baik berupa keharmonisan, pandangan, pola dan asal-usulnya menjadi bagian yang sangat penting untuk pengetahuan para perupa dalam berkarya (Mita Purbasari, 2000:12-13).


Salam Hangat
Satriana Didiek





Turut Mengundang:
Suprapto suryadarmo (Padepokan Lemah Putih), Santoso haryono, S.kar, M.Sn
(ISI Surakarta), Imam Madi M.Sn (ISI Surakarta),
dan pengelola Taman Bale Kambang Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar