November 23 at 2:46am
MENCARI MANUSIA SUNDA (CIHIDEUNG UDIK) PERTAMA (1)
Revitriyoso Husodo
Kemungkinan, sejak puluhan ribu tahun atau minimal empat ribu tahun yang lalu pernah ada manusia-manusia Sunda berbudaya mencipta dan menggunakan alat produksi, mendiami bikit-bukit dan sisi-sisi aliran sungai di pulau Jawa bagian Barat. Di musium Pasir Angin yang bertempat diatas situs prasejarah dan sejarah di Kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Barat yang jarang dikunjungi masyarakat Sunda, terkoleksilah berbagai batuan menyerupai mata kampak batu, kapak perunggu hingga topeng terbuat dari lempengan emas (sebelum diMusium-Nasionalkan) yang ditemukan di sekitar batu berdiri di atas bukit kecil yang dililit sungai Ciaruteun sebagai bukti-bukti penguat.
Beberapa benda yang terbentuk dari campur tangan manusia di musium itu, melalui teknologi pengukur usia, setidaknya telah berusia lebih dari empart ribu tahun. Benda-benda itu terselamatkan dari ulah tangan jahil karena berada di atas bukit datar yang dikeramatkan. Anehnya, penemuan serakan benda-benda prasejarah yang bertumpuk dari berbagai periode waktu di sana selalu berada di wilayah timur dari 'batu berdiri'.
Dan bukti-bukti aliran sejarah panjang lainnya tetap terkubur kalau tidak hancur dimakan waktu yang berakumulasi dengan ketidak pedulian generasi mutakhir yang haus akan pembangunan dalam rangka mengekspresikan kebebasan mutlak.
Sumber:
Wawancara dengan petugas Musium Pasir Angin, Leuwiliyang, Bogor
Wawancara dengan masyarakat sekitar Musium Pasir Angin, Leuwiliyang, Bogor.
Revitriyoso Husodo
Kemungkinan, sejak puluhan ribu tahun atau minimal empat ribu tahun yang lalu pernah ada manusia-manusia Sunda berbudaya mencipta dan menggunakan alat produksi, mendiami bikit-bukit dan sisi-sisi aliran sungai di pulau Jawa bagian Barat. Di musium Pasir Angin yang bertempat diatas situs prasejarah dan sejarah di Kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Barat yang jarang dikunjungi masyarakat Sunda, terkoleksilah berbagai batuan menyerupai mata kampak batu, kapak perunggu hingga topeng terbuat dari lempengan emas (sebelum diMusium-Nasionalkan) yang ditemukan di sekitar batu berdiri di atas bukit kecil yang dililit sungai Ciaruteun sebagai bukti-bukti penguat.
Beberapa benda yang terbentuk dari campur tangan manusia di musium itu, melalui teknologi pengukur usia, setidaknya telah berusia lebih dari empart ribu tahun. Benda-benda itu terselamatkan dari ulah tangan jahil karena berada di atas bukit datar yang dikeramatkan. Anehnya, penemuan serakan benda-benda prasejarah yang bertumpuk dari berbagai periode waktu di sana selalu berada di wilayah timur dari 'batu berdiri'.
Dan bukti-bukti aliran sejarah panjang lainnya tetap terkubur kalau tidak hancur dimakan waktu yang berakumulasi dengan ketidak pedulian generasi mutakhir yang haus akan pembangunan dalam rangka mengekspresikan kebebasan mutlak.
Sumber:
Wawancara dengan petugas Musium Pasir Angin, Leuwiliyang, Bogor
Wawancara dengan masyarakat sekitar Musium Pasir Angin, Leuwiliyang, Bogor.
==
S:BSJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar